Foto Dok PLN |
energikita.id – Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bertumpu pada kelistrikan. Oleh karena itu, peran PT PLN (Persero) sebagai motor penggerak perekonomian sangat penting.
Menteri BUMN Erick Thohir menilai tak hanya sebagai motor penggerak saja, peran PLN dalam sektor kelistrikan di Indonesia harus bisa menjadi lebih strategis. Kata Erick, Indonesia mempunyai potensi pengembangan listrik berbasis sumber daya alam sendiri sangat banyak, seperti tenaga matahari, angin dan air.
“Ini bisa kita maksimalkan Sumber Daya Alam (SDA) kita. Yang biasanya SDA kita dikelola untuk membangun pertumbuhan ekonomi negara lain, kali ini SDA ini harus bisa kita kelola untuk menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” kata Erick.
Erick juga menjelaskan Indonesia memiliki 270 juta penduduk yang menjadi market yang besar. PLN kata Erick bisa memanfaatkan market ini secara maksimal agar bisa menjadi modal pertumbuhan bangsa.
“PLN bisa memanfaatkan market dalam negeri ini untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru, membuka kesempatan usaha baru agar masyarakat juga bisa terdongkrak kesejahteraannya,” ujar Erick.
Ia juga menambahkan, dalam transisi energi misalnya. Indonesia sudah menjadi tuan rumah Presidensi G20. Ini momen untuk menunjukan dunia bahwa Indonesia bisa menjadi role model dalam pengembangan energi bersih.
“Kita punya roadmap, yang mana harusnya orang ikut roadmap kita bukan kita yang malah ikut roadmap orang,” tambah Erick.
Hal ini juga sejalan dengan perintah Presiden RI Joko Widodo yang ingin Indonesia meningkatkan nilai tambah dari pengelolaan kekayaan dalam negeri. Tidak lagi mengekspor raw material tetapi meningkatkan hilirisasi agar mendongkrak perekonomian nasional.
“Misalnya dalam hal charging station. Ya karena ini Indonesia, kita yang harusnya menentukan jenis colokan listrik charging station kita seperti apa. Biar global yang ngikutin kita, kalau mereka gak bisa ya tidak usah isi listrik di Indonesia,” tambah Erick.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan saat ini PLN mendorong penggunaan pembangkit listrik yang bahan bakarnya berbasis kekuatan dalam negeri. Pengembangan pembangkit yang selama ini berbasis pada bahan baku fosil ke depan akan diubah oleh PLN menjadi berbasis energi baru terbarukan.
“Ini kekuatan domestik kita. Indonesia dianugerahi sinar matahari yang luar biasa baik, juga banyaknya sungai di Indonesia yang bisa dimanfaatkan arusnya untuk menjalankan pembangkit,” ujar Darmawan.
Rencana pembangunan ini tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang disebut sebagai RUPTL Hijau. Pada RUPTL tersebut, PLN berupaya meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) menjadi 29 gigawatt (GW) pada 2030.
“Tahun ini saja kami mentargetkan penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT sebanyak 648 MW yang berasal dari tenaga surya, air, panas bumi maupun angin,” ujar Darmawan.
Lebih detail, akan ada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang beroperasi sebesar 108 MW dan tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas 53 MW. Untuk pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) bakal bertambah 154 MW dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 287 MW. Selain itu, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) sebesar 2 MW dan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) sebesar 43 MW.
Dengan meningkatnya pembangkit EBT beroperasi maka secara multiplier effect negara bisa melepas ketergantungan atas impor BBM. Karena, dalam rencana perusahaan kata Darmawan, PLN juga akan mengkonversi PLTD yang saat ini masih beroperasi dengan pembangkit EBT.(*)